Indonesia di Arus Globalisasi
Globalisasi
merupakan suatu era yang kini mau tidak mau menjadi tantangan tersendiri bagi
Indonesia. Banyak tantangan besar yang sebenarnya dihadapi oleh negara kita,
termasuk rakyat didalamnya, untuk bagaimana bertahan hidup dan menjadi bagian
yang bertahan di dalam proses globalisisasi kini. Banyak ahli yang mengemukakan
defenisi dari globalisasi, namun saya menyimpulkan bahwa globalisasi itu
sendiri adalah suatu dunia yang sangat luas melewati antar-negara di dunia
namun “tidak lagi memiliki batasan” yang dapat menempuh antar negara yang satu
dengan yang lainnya. Dalam pengertian, adanya hubungan antar negara secara
global dan internasional baik itu dalam bidang perdagangan, pertanian,
pendidikan, sosial politik, hukum, dan masih banyak lagi[1].
Ekonomi
global adalah perekonomian suatu negara yang terlibat secara global di
negara-negara didunia didalam aktivitas perekonomian. Aktivitas ini dapat
berupa perdagangan seperti ekspor dan impor barang dari dan keluar negeri. Indonesia
adalah negara yang kini menjadi salah satu wujud nyata dari defenisi
globalisasi sendiri, dimana Indonesia juga merupakan salah satu negara yang
menjadi dampak bahkan pelaksana proses globalisasi tersebut. Indonesia adalah
negara yang berhubungan baik dengan negara-negara lainnya karena melakukan
perdagangan Internasional. Selain itu, masih
ada banyak aktivitas internasional yang dilakukan secara global, seperti pertukaran
pelajar Internasional, pertukaran ahli, dan masih banyak lagi.
Secara
umum, banyak hal positif yang dirasakan oleh negara Indonesia sendiri terkait
dengan proses globalisasi yang sedang terjadi. Selain yang disebutkan diatas,
banyak hal terasa jauh lebih mudah dari zaman-zaman dulunya. Secara khusus
dibidang perekonomian, banyak hal terasa lebih mudah dari sebelumnya. Seperti
pengolahan faktor produksi, desain produk, pengangkutan hasil produksi, promosi
dan penjualan, dan masih banyak lagi. Hal ini terjadi karena munculnya berbagai
teknologi baru yang mendukung untuk memudahkan
pekerjaan-pekerjaan dalam bidang tersebut. Munculnya berbagai teknologi
dan berbagai media elektronik yang canggih menjadi jawaban atas perkembangan
diberbagai bidang di negara Indonesia saat ini. Tidak jauh adalah internet dan
berbagai media elektronik yang mendukung penggunaannya, Seperti gadget-gadget yang kini sedang populer, Laptop, Smarphone, dan masih banyak lagi. Hal itu sangat menunjang kemajuan
perekonomian di Indonesia, bahkan termasuk kemajuan diantara rakyat Indonesia
itu sendiri.
Namun
terlepas dari segudang keuntungan yang dimiliki, ternyata kita tidak bisa
menghindari kalau globalisasi juga memberikan pengaruh yang kurang bahkan sama
sekali tidak diharapkan untuk terjadi di perekonomian negara Indonesia.
Indonesia adalah negara yang memiliki banyak hubngan secara internasional
kepada negara-negara di dunia. Negara kita melakukan perdagangan secara
Internasional baik itu melalui aktivitas ekspor maupun impor. Melalui aktivitas
ekspor, Indonesia akan menjual dan mengirim produk/hasil bumi dari negara
Indonesia sendiri ke negara lain, seperti negara-negara di kawasan Asia dan
juga ke negara-negara di luar kawasan Asia sendiri. Melalui aktivitas impor,
Indonesia akan menerima/membeli kebutuhan yang dibutuhkan oleh negara kita
untuk menunjang kelanjutan kelangsungan hidup negara kita kedepannya. Lewat
kedua aktivitas ini, Indonesia selalu berhadapan dengan Ekonomi secara global.
Ekonomi yang tanpa ada batasan negara dan diperhadapkan dengan berbagai kondisi
ekonomi secara global.
Aktivitas
ekspor dan impor sangat berpengaruh besar atas pendapatan negara. Semakin
tinggi aktivitas ekspor terhadap negara-negara lain, akan semakin tinggi pula
penerimaan negara yang kita peroleh. Namun sebaliknya, semakin tinggi impor
kita, maka semakin banyak yang perlu kita lunasi sehingga mengurangi penerimaan/pendapatan
negara sendiri. Oleh sebab itu negara kita perlu bahkan harus meningkatkan
kualitas ekspor barang-barang atau produk-produk bangsa ke luar negara, agar
dapat meningkatkan pendapatan negara dan dapat memenuhi kebutuhan negara dan
kesejahteraan rakyat khususnya.
Ekspor
yang dilakukan tidak harus berupa hasil bumi seperti minyak bumi, hasil laut,
atau kayu. Namun hal lain yang perlu ditingkatkan adalah produk-produk buatan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Indonesia sendiri. SDM di Indonesia harus
terus berusaha membuat produk-produk menarik yang inovatif dan memiliki daya
saing yang kuat dengan negara-negara lain di dunia. Misalnya makanan, minuman,
pakaian, kebudayaan-kebudayaan tertentu, dan masih banyak lagi. Dengan begitu,
produk-produk kita akan dikenal dan menjadi pesanan yang rutin nantinya dari
negara-negara diluar Indonesia.
Untuk
aktivitas ekspor, Aktivitas ekspor Indonesia tahun ini mengalami defisit. Dimana
persentasi jumlah barang yang diimpor jauh lebih banyak dibandingkan persentasi
produk/hasil bumi yang diekspor keluar negeri untuk dijual. Namun Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan mengatakan bahwa meskipun
neraca perdagangan mengalami defisit, kenaikan impor bahan baku menunjukkan
meningkatnya aktivitas produksi dalam negeri. Beliau juga mengatakan mengatakan telah terjadi perubahan terkait komoditas impor dari
semula impor kebutuhan konsumsi, sepanjang tahun ini lebih didominasi impor
bahan baku. Kondisi tersebut menandakan adanya peningkatan aktivitas pengolahan
produk-produk lokal diantaranya makanan, minuman, sepatu dan pakaian[2].
Sepanjang Januari hingga Oktober 2012
neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$500 juta. Ekspor
produk-produk buatan Indonesia ke berbagai negara sepanjang Januari hingga
Oktober 2012 sebesar US$158,5 miliar, sementara impor sebesar US$159 miliar. Tingginya
kegiatan impor dibanding ekspor juga dikhawatirkan kalangan pengusaha dan
pengamat akan menekan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Meningkatnya impor membuat kebutuhan dolar Amerika semakin
tinggi, sementara pasokan dolar Amerika dari kegiatan ekspor menurun. Dolar
Amerika semakin banyak diburu dan nilai tukar rupiah stagnan bahkan cenderung
melemah[3]. Selain persaingan kita melemah, maka pendapatan negara secara
Nasional pun akan melemah kalau terus-menerus persentasi ekspor yang kita
miliki jauh lebih rendah dibanding persentasi ekspor yang menandakan
penghasilan negara kita sendiri.
Terlepas
dari persentasi/jumlah dari Pendapatan Nasional negara Indonesia baik dari segi
Gross National Product (GNP) maupun
Gross Domestic Product (GDP), kenyataan
yang sedang kita lihat didalam kondisi perekonomian di Indonesia saat ini
adalah masih kurang baik. Hal ini dapat kita lihat pada pendapatan perkapita
Indonesia. Pendapatan per kapita Indonesia tahun 2011 naik 17,7 persen menjadi
USD3.542 atau setara dengan Rp31,8 juta[4].
Hal ini memang peningkatan yang baik untuk kesejahteraan rakyat yang baik
kedepannya. Bahkan, menteri perekonomian Indonesia, Hatta Rajasa menargetkan
pada tahun 2025 mendatang pendapatan perkapita Indonesia akan naik menjadi USD
16.000, dimana beliau juga melihat dan memperbandingkan bahwa 13 tahun yang
lalu pendapatan perkapita Indonesia hanya sebesar USD500[5].
Pendapatan
perkapita seperti yang saya jelaskan diatas jelas meningkat. Bahkan berbagai
sumber juga menyatakan bahwa Perekonomian Indonesia semakin membaik bahkan akan
terus membaik mengikuti perkembangan perekonomian di negara-negara lainnya.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa masih banyak kemiskinan yang
terdapat di Indonesia? Bukankah dengan pendapatan perkapita sebesar 31,8 juta
sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia?
Indonesia
memang masih “menderita” banyak masalah didalam perekonomian termasuk didalam
kesejahteraan rakyat yang terkait dengan kemiskinan, seperti distribusi dari
pemerintah yang kurang efisien dan tidak tepat sasaran, pelayanan kesehatan
yang kurang memadai, kualitas pendidikan, kelaparan, dan masih banyak lagi.
Bahkan, World Bank mencatat bahwa di
negara Indonesia dari 234
juta penduduk Indonesia, saat ini lebih dari 32 juta hidup di bawah garis
kemiskinan dan sekitar setengah dari seluruh rumah tangga tetap berada di
sekitar garis kemiskinan nasional yang ditetapkan pada Rp200.262 per bulan
(US$22 pada bulan maret 2010)[6].
Selain
itu, pertumbuhan tenaga kerja juga jauh lebih lambat dengan pertumbuhan
penduduk itu yang ada. Indonesia
juga mengalami penurunan kecil dalam peringkat “2011 Doing Business”, dari
peringkat 126 pada tahun 2011 menjadi 129 di tahun 2012. Masih ada beberapa
tantangan besar, dan kalangan bisnis di Indonesia mengidentifikasi tenaga
kerja, infrastruktur, dan reformasi regulasi sebagai hal-hal penting untuk
meningkatkan investasi[7]
Berdasarkan
analisisnya, World Bank juga mencatat seperti berikut ini.
Di tengah kemerosotan ekonomi global,
Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data Juli
2012, pertumbuhan baseline perekonomian nasional diperkirakan sebesar 6 persen
pada tahun 2012 dan 6,4 persen pada tahun 2013. Pendapatan nasional per kapita
beranjak naik dari $2.200 pada tahun 2000 menjadi $3.720 pada tahun 2009. Dalam
hal stabilitas makro ekonomi, Indonesia telah berhasil mencapai banyak target
fiscal, termasuk secara signifikan menurunkan rasio utang terhadap produk
domestik bruto dari 61 persen di tahun 2003 menjadi 27,5 persen pada tahun
2009. Sementara itu defisit anggaran diproyeksikan hanyak 0,4 persen dari
produk domestik bruto tahun 2011[8].
Berdasarkan analisis tersebut dapat
kita lihat akan ada banyak perbaikan di dalam perekonomian Indonesia sendiri
jikalau pendapatan perkapita tersebut secara real bisa ditingkatkan dengan baik. Pendapatan perkapita akan terus
membaik jika pendapatan Nasional juga mengalami perbaikan yang cukup
signifikan. Untuk mencapai perubahan yang signifikan tersebut adalah
peningkatan kualitas ekspor dan peningkatan kulitas kinerja pemerintah
Indonesia. Produk Indonesia harus mampu bersaing dengan produk luar negri
diluar Indonesia agar produk tersebut dipilih, dibeli, bahkan diminati oleh
berbagai negara diluar Indonesia. Bukan hanya dengan mengekspor hasil bumi
saja, tetapi juga produk-produk lain yang dihasilkan dari hasil bumi itu
sendiri. Karena dengan mengekspor hasil bumi dan kemudian membelinya kembali,
itu hanya membuang banyak aset negara. Tapi sebaiknya adalah menciptakan
inovasi-inovasi yang baru yang memiliki daya saing yang tinggi, perbaikan kualitas
Sumber Daya Manusia, dan tidak ketinggalan juga perbaikan kinerja pemerintah
negara guna mengkoordinir terlaksananya perekonomian yang secara global sedang
terjadi dan dilakukan oleh negara kita.
Sebagaimana yang telah direncanakan
oleh Menteri perekonomian Indonesia bahwa Indonesia telah membuat rencana pembangunan jangka
panjang untuk tahun 2005-2025. Rencana ini dibagi menjadi ke dalam periode lima
tahun, masing-masing dengan prioritas pembangunan yang berbeda. Rencana
pembangunan jangka menengah untuk tahun 2009-2014 merupakan tahap kedua dan memberi
fokus pada; meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memperkuat daya saing ekonomi[9].
Dengan terlaksananya misi-misi
tersebut, maka niscaya kesejahteraan negara kita akan semakin membaiki
kedepannya dan Indonesia akan mampu berdiri kokoh ditengah-tengah arus
globalisasi.
Sumber:
Admin. 2012. www.ekon.go.id.
Pemerintah Targetkan Pendapatan Per Kapita Capai USD16 Ribu di 2025. Diakses
pada Minggu, 16 Desember 2012. Pukul 10:10 wib
Indah F. Carapedia.com. Pengaruh Globalisasi pada Perkembangan
Ekonomi Indonesia. Diakses Jumat, 14 Desember 2012.Pukul 07.23
Gera, Iris. 2012. www.voaindonesia.com.
Defisit Perdagangan Indonesia Meningkat
Pemerintah Dinilai Belum Total Hadapi Pengaruh Ekonomi Global. Diakses
pada Minggu, 16 Desember 2012. Pukul
09:45
The Wold Bank Group. www.worldbank.org.
In Country Indonesia Overview. Diakses
pada Sabtu, 15 Desember 2012.Pukul 15:08
[1]
Ibid
Wrt3. www.metrotvnews.com. Pendapatan Per-Kapita- Indonesia Rp31, 8
Juta. Diakses Pada Minggu, 16 Desember 2012. Pukul 09:23.
[1] Indah F. Carapedia.com. Pengaruh Globalisasi pada Perkembangan
Ekonomi Indonesia. Diakses Jumat, 14 Desember 2012.Pukul 07.23
[2] Iris Gera. 2012. www.voaindonesia.com.
Defisit Perdagangan Indonesia Meningkat
Pemerintah Dinilai Belum Total Hadapi Pengaruh Ekonomi Global. Diakses
pada Minggu, 16 Desember 2012. Pukul
09:45
[3] ibid.
[4]Wrt3. www.metrotvnews.com. Pendapatan Per-Kapita- Indonesia Rp31, 8
Juta. Diakses Pada Minggu, 16 Desember 2012. Pukul 09:23.
[5] Admin. 2012. www.ekon.go.id. Pemerintah
Targetkan Pendapatan Per Kapita Capai USD16 Ribu di 2025. Diakses pada Minggu,
16 Desember 2012. Pukul 10:10 wib
[6] The Wold Bank Group. www.worldbank.org.
In Country Indonesia Overview. Diakses
pada Sabtu, 15 Desember 2012.Pukul 15:08
[7] ibid
[8] ibid
[9]Admin. 2012. www.ekon.go.id. Pemerintah
Targetkan Pendapatan Per Kapita Capai USD16 Ribu di 2025. Diakses pada Minggu,
16 Desember 2012. Pukul 10:10 wib